Rabu, 13 Agustus 2014

1. COTO MAKASSAR
14262_1156892324117_3952321_n
Coto Makassar
Coto Makassar adalah salah satu makanan paling enak dari tanah Makassar. Kalau mau disebut khas Indonesia, inilah mungkin salah satu masakan paling Indonesia. Tak seperti nasi goreng yang juga di klaim sebagai masakan khas Negara tetangga, coto hanya ada di Indonesia. Coto di Makassar dan di Jakarta biasanya berbeda rasanya, karena nampaknya para penjual coto di luar Makassar berusaha menyesuaikan rasanya dengan lidah orang setempat. Di Jakarta, setahu saya, coto yang paling Makassar berada di Daerah Senen, Jalan Kramat. Kalau anda sering lewat di bilangan atrium senen, maka dibelakang para penjual Nasi Kapau yang berjejer di Jalan Kramat, terdapat Warung Coto yang rasanya comparable dengan rasa coto di Makassar. Anda boleh berdebat dengan orang Makassar yang pernah makan coto di Senen dengan yang pernah makan coto di Ampera, Kelapa Gading, Dewi Sartika, atau di Tebet, survey akan membuktikan kelezatan rasa coto di Senen mendekati rasa coto di Makassar.
 
Kalau di Makassar bagaimana? Ada banyak warung coto di Makassar dan hampir semuanya enak. Yang paling ramai sekarang adalah Coto Nusantara. Tentu orang juga boleh berdebat, coto yang mana yang lebih enak, ada yang bilang Coto Maros di Jalan Urip, Coto Gagak, Coto Paraikatte, buat saya semuanya enak. Cuma yang paling sering saya datangi kalau ke Makassar adalah Coto Nusantara. Selain dari warung coto tersebut, coto yang paling enak adalah buatan istri saya. Setiap tahun, kami mengundang teman-teman Makassar yang berdomisili di Jakarta untuk menikmati makan coto bersama di rumah kami. Tak ada yang makan hanya semangkok, pastinya nambah kalau di rumah, entah karena gratis atau karena enak atau perpaduan keduanya, dan kami senang karenanya. Salah satu kenikmatan bagi orang bugis adalah melihat tamunya melahap dengan nikmat makanan yang disajikan.
Rasa coto sangat khas, percampuran rempah dan kacang dengan kuah yang kental. Saya tak tahu persis, tapi Istri saya tahu membuatnya. Biasanya coto dimakan bersama Ketupat, kacang, ditaburi daun bawang dan jeruk nipis. Daun bawang dan bawang goreng yang banyak adalah salah satu yang membuat coto enak disamping sambel yang dicampur tauco.
Daging untuk coto adalah daging sapi. Macam-macam jenisnya, tergantung selera pemirsa. Ada daging (bener-bener daging saja), lidah, otak, limpa, paru, hati, jantung, babat (handuk kalau kata orang Makassar), yang diiiris kecil dan dicampur dengan  kuah. Pencampuran antara jenis-jenis daging ini melahirkan banyak istilah dalam dunia penggemar coto, seperti: Hadija : Hati Daging Jantung; Hatija : Hati Jantung Halija : Hati Lidah Jantung. Masih banyak istrilah lainnya. Tapi kalau saya penggemar, CAMPUR saja. Yang berarti masing-masing jenis daging tadi mendapat tempat di mangkok.
Seperti tradisi minum teh di Jepang, cotopun sebenarnya ada aturannya. Mulai dari jenis dan rupa mangkok yang digunakan, jenis sendok, maupun cara makan ketupat mempunyai cara yang kalau salah satu unsur tidak terpenuhi, rasanya akan ada yang kurang dalam menikmati coto.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar